Lebih cepat lebih baik berlaku juga di website. Tidak hanya untuk kepuasan pribadi pemilik/pembuat website tetapi kecepatan juga mempengaruhi kualitas SEO. Pembaca/pengunjung juga dimudahkan menemukan informasi dengan cepat.
Berikut ini adalah 4 situs yang bisa digunakan untuk mengecek seberapa cepat loading sebuah website.
Sejak tahun 2010 Google menyatakan kalau kecepatan halaman menjadi faktor ranking SEO. Untuk membantu pembuat website, Google menyediakan alat pengetesan bernama Google PageSpeed Insights. Skor PageSpeed dimulai dari 0-100 dengan 2 kategori: mobile & desktop. Di bagian bawah hasil pengetesan ada informasi saran untuk mempercepat loading website.
Secara default GTmetrix melakukan pengetesan menggunakan browser Chrome dengan lokasi server di Kanada. Pengguna harus mendaftar kalau mau mengganti lokasi server. Ada 7 lokasi server untuk pengguna gratis: London, India, Hong King, Sydney, Kanada, Brazil, AS.
Pingdom memberikan opsi pengetesan dari Tokyo, Jerman, London, AS, Sydney dan Brazil. Selain skor, Pingdom juga menampilkan besar halaman, kecepatan loading dan jumlah request yang ada di website. Di bagian bawahnya ada penjelasan masing-masing skor dan saran dari Pingdom.
Sepertinya banyak yang melakukan pengetesan di WebPageTest karena hasil tes tidak langsung muncul seperti Pingdom atau GTmetrix. Ada sistem antrian yang terkadang memakan waktu lebih dari 5 menit. WebPagetest bisa melakukan simulasi koneksi untuk memberikan gambaran bagaimana loading website jika diakses melalui koneksi 3G atau 4G.
KeyCDN sesuai namanya adalah penyedia layanan CDN (Content Delivery Network) yang berkantor pusat di Swiss. Kita bisa memilih lokasi pengetesan, ada 10 lokasi dan yang terdekat ke Indonesia adalah Singapore.
Di bagian skor performa, KeyCDN memberikan saran untuk melakukan perbaikan. Kita juga bisa melihat bagian website yang loading lambat, dalam kasus blog saya ternyata file CSS-nya.
Dareboost tidak hanya mengetes kecepatan website. Ada saran terkait SEO dan keamanan. Bahkan Dareboost bisa mengetahui teknologi yang dipakai di website. Saat melakukan pengetesan blog ini, Dareboost mendeteksi takbiasa.com menggunakan Bootstrap dan Statcounter.
Dotcom-Monitor memberikan 25 pilihan lokasi pengetesan, khusus Asia ada: Beijing, Hong Kong, Mumbai, Shanghai dan Tokyo. Tes bisa dilakukan langsung dari 3 lokasi. Kita bisa melakukan simulasi tes menggunakan browser desktop (Chrome, Edge, Firefox) atau mobile (Android atau iOS). Masing-masing mempunyai pilihan resolusi dan perangkat seperti iPhone 4 atau Google Nexus. Kita juga bisa memilih orientasi layar dan simulasi koneksi internet (2G, 3G dan 4G).
Banyak tools gratis di Geekflare untuk melakukan pengetesan terkait SEO, keamanan, DNS, dan 25 tools lainnya. Khusus untuk mengecek kecepatan website pilih Website Performance Audit. Tidak ada pilihan lokasi pengetesan seperti situs lainnya.
Hasil tes menampilkan informasi seperti kecepatan loading, ukuran halaman dan dukungan HTTP/2. Kita juga bisa melihat IP website/blog, dalam kasus saya takbiasa.com katanya hosting di Fastly. Saya jadi tahu ternyata Firebase bekerja sama dengan Fastly sebagai CDN-nya.
Di bagian This is how your site loaded terlihat bagaimana tampilan website saat sedang loading. Geser ke bagian Performance Audits untuk melihat saran yang diberikan Geekflare.
Google sepertinya sangat peduli dengan kecepatan sebuah website. Tidak hanya PageSpeed Insights, Google juga punya tools beralamat di web.dev. Ada 4 bagian yang dites: Performance, Accessibility, Best Practices dan SEO. Sama seperti PageSpeed, skornya terbagi 3 bagian: merah, oranye dan hijau.
Sejak Google menyatakan kecepatan website mempengaruhi SEO banyak pemilik website/blog berlomba-lomba mengoptimasi websitenya supaya lebih cepat.
Ada banyak cara untuk membuat website/blog dengan loading yang cepat. Beberapa hal yang sudah saya lakukan adalah:
Faktor terpenting dalam membuat website yang cepat adalah hosting. Hal ini tidak mudah karena ada banyak penyedia hosting baik luar maupun dalam negeri.
Hal yang saya lakukan ketika memilih hosting adalah membaca review sebanyak mungkin tentang perusahaan hosting tersebut. Lakukan juga tes, kalau website-nya sendiri saja lambat apalagi hosting yang mereka jual.
Memilih hosting yang cepat memang sulit. Entah berapa kali saya gonta-ganti shared hosting sampai akhirnya menetap pakai VPS.
Jika dana bukan masalah sebaiknya hindari menggunakan shared hosting untuk mendapatkan performa terbaik. Saat ini VPS lebih terjangkau, Vultr misalnya menyewakan VPS seharga US$6/bulan (sekitar Rp80.000/bulan). Performanya jauh lebih baik daripada shared hosting Rp50.000.
Langkah selanjutnya adalah memilih lokasi hosting/server. Sebaiknya disesuaikan dengan mayoritas asal pengunjung website/blog kita. Hal ini tidak terlalu berpengaruh jika kita menggunakan hosting berkualitas, sekalipun lokasinya di Amerika Serikat tetap cepat diakses dari Indonesia.
Sebagai contoh, takbiasa.com menggunakan hosting yang berlokasi di Kanada/US tetap cepat diakses dari Indonesia.
Sebaiknya hindari menggunakan pengaturan DNS dari registrar. Gunakan layanan DNS hosting gratis seperti Cloudflare, ClouDNS atau HE.net. Walaupun tidak begitu signifikan tapi tetap mempengaruhi kecepatan loading.
Gunakan tema WordPress atau template yang ringan, jika bisa HTML, CSS atau Bootstrap sebaiknya desain website sendiri. Ada beberapa optimasi yang bisa dilakukan terkait theme atau desain website.
Hal di atas baru sebagian kecil saja dari optimasi kecepatan website. Saya sendiri sedang belajar dan baru mencobanya ke beberapa website/blog sendiri.