VPS adalah singkatan dari Virtual Private Server. Secara resources seperti DS (Dedicated Server) tapi virtual. Saya sendiri kurang paham definisi lengkapnya, ngertinya kalau VPS itu lebih aman dan cepat daripada Shared Hosting. Kesannya VPS itu tidak ramah pengguna awam karena ketiadaan cPanel seperti di Shared Hosting.
Saat pertama kali belajar membuat website saya pakai shared hosting. Itu berlangsung sampai beberapa tahun. Sampai suatu ketika website yang saya kelola itu trafiknya puluhan ribu UV (unique visitor) per hari. Jelas, shared hosting ga kuat. Efeknya loading website lambat dan sering error, penghasilan berkurang drastis.
Belum lagi masalah seperti deface. Halaman website kita diubah menjadi “sampah” dan resikonya shared hosting adalah jika website lain ikut diserang maka website kita yang berada di server yang sama akan merasakan dampaknya juga.
Pengalaman buruk dan terakhir saya dengan shared hosting adalah ketika saya membuat blog baru dengan WordPress. Blog itu benar-benar baru, jadi masih sepi dan mustahil menggunakan resources yang besar. Akses ke blog sangat lambat dan sering time-out, saya komplain ke hosting lokal tersebut dan mereka menyalahkan script WordPress yang saya pakai.
Padahal saya tidak install plugin macam-macam, blognya saja baru dibuat. Apa mungkin plugin Hello Dolly atau Akismet memberatkan server? Rasanya sih tidak.
Minta refund? Ditolak. Sejak saat itu saya sakit hati dengan shared hosting lokal. Saya beranikan diri belajar mengelola blog dengan VPS.
Awalnya memang mengerikan, saya menatap layar hitam dengan baris teks alias command line. Padahal saya sebelumnya terbiasa pakai cPanel, tinggal klik sana klik sini beres.
Mungkin tidak semua hosting lokal seperti itu. Sekarang pasti sudah banyak yang lebih baik tapi saya terlanjur nyaman dengan VPS luar negeri. Jujur saja, saya ingin pakai VPS yang lokasinya di Indonesia. Pengunjung blog saya kebanyakan dari Indonesia, tapi harga VPS lokal masih mahal.
Berikut ini daftar harga VPS lokal unmanaged (Linux) dengan spesifikasi yang hampir sama. Data diambil tanggal 6 april 2021.
Provider | Spesifikasi | Harga/bulan |
IDCloudhost | 1 CPU / 1 GB RAM / 30 GB Disk | Rp180.000 |
CloudKilat | 1 CPU / 1 GB RAM / 20 GB Disk | Rp90.000 |
Niagahoster | 1 CPU / 1 GB RAM / 20 GB Disk | Rp104.000 |
Exabytes | 1 CPU / 1 GB RAM / 20 GB Disk | Rp120.000 |
Rumahweb | 1 CPU / 1 GB RAM / 15 GB Disk | Rp229.000 |
Domainesia | 1 CPU / 1 GB RAM / 20 GB Disk | Rp160.000 |
Qwords | 1 CPU / 1 GB RAM / 25 GB Disk | Rp135.000 |
Berikut ini daftar harga VPS internasional unmanaged (Linux) dengan spesifikasi yang hampir sama. Data diambil tanggal 6 april 2021. Konversi ke rupiah dengan kurs 14.482/dollar. Walaupun cuma 3 tapi cukup mewakili provider VPS internasional lainnya. Saya sendiri pernah memakai produk dari ketiganya.
Provider | Spesifikasi | Harga/bulan |
Vultr | 1 CPU / 1 GB RAM / 32 GB Disk | Rp87.000 |
DigitalOcean | 1 CPU / 1 GB RAM / 25 GB Disk | Rp87.000 |
Linode | 1 CPU / 1 GB RAM / 25 GB Disk | Rp73.000 |
Total space yang dibutuhkan semua blog saya sekitar 21 GB dan semakin bertambah. Jika melihat harga VPS lokal dengan space di atas 21 GB maka jelas VPS luar negeri lebih murah, walaupun secara CPU dan RAM sama besarnya.
Soal pembayaran tidak harus pakai kartu kredit, saat ini berdasarkan pengalaman saya hanya kartu debit Jenius yang untuk transaksi luar negeri. BNI Debit Online pernah saya coba dan gagal, ribet pula cara pakainya. Sepertinya baru bank BTPN yang pintar melihat peluang ini.